Catatan Pura-Pura di Desa Bulian
23 Agustus 2022 14:57:18 WITA
Bulian, Desa Dengan Aspek Religius Bersejarah di Berbagai Arah
Potensi religius Desa Bulian, berkaitan dengan sejarah dari Desa Bulian yang ditemukan melalui peninggalan sejarah yaitu prasasti (dimana di desa ini ditemukan dua buah prasasti yang diterjemahkan oleh DR. Gorrys serta beberapa tarian sakral). Pura-pura ini tersebar di seluruh belahan desa Bulian, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng.
Di Tengah-Tengah Desa Bulian
Pura Taman Sari, merupakan Linggih Ida Bhatara Ratu Gede Pucaking Giri dan Ratu Gede Siwa. Pura ini dijadikan sebagai tempat memohon Tirtha Siwa masyarakat Desa Bulian. Piodalan di Pura Taman Sari dilakasanakan setiap Rabu Wage Kalawu.
Pura Banua, merupakan Pura Penataran Agung Ida Bhatara Sami yang disusung oleh Desa Adat Kubutambahan, sari besikan Bungkulan Satria, serta desa lain yang nyungsung Ida Bhatara di Bulian. Pada jajar kemiri, terdapat enam pelinggih, linggih yang ada jika diurutkan utara ke selatan yaitu:
- Paling utara merupakan Meru Tumpang Dua, Linggih Ida Bhatara Ratu Ayu Mas Kereb Sari. Menurut sejarah disusung oleh Kabupaten Buleleng.
- Kedua, Linggih Ratu Agung yang sama-sama disungsung oleh Desa Sari Besikan. Piodalannya dilakukan setiap Tumpek Landep.
- Ketiga, Linggih Ida Bhatara Ratu Hyang Pingit. Dasarnya adalah Padma yang memiliki Linggayoni, dan bentuk atasnya merupakan Meru Tumpang Tiga. Piodalannya dilaksanakan setiap Purnama Kasih Kapat, dengan prosesi mepeningan ke Segara Penyusuhan.
- Keempat, merupakan Linggih Ida Bhatara Ratu Pasek.
- Kelima, merupakan Linggih Ida Bhatara Ratu Gede Sasuhunan Maduwe Sari. Disungsung oleh Subak Kubutambahan dan Bungkulan Sarira. Piodalannya dilaksanakan setiap Purnama Sasih Kelima, dengan melakukan ngusaba penyanjan memakai hewan kijang.
- Keenam, merupakan Linggih Ida Bhatara Ratu Gede Penyarikan. Piodalannya dilaksanakan setiap Purnama Sasih Kelima, dengan melakukan ngusaba penyanjan memakai hewan kijang.
Pura Dalem Purwa, merupakan Pura Linggih Ida Bhatara Dalem Purwa Bumi. Piodalannya dilaksanakann setiap Tilem Kedasa. Serta, setiap Tilem Kenem dilaksanakann Upacara pecaruan memakai hewan sapi jantan.
Di Timur (Purwa) Desa Bulian
Pura Yeh Basang, merupakan Pura Linggih Ida Bhatara Ratu Ngurah Tengahing Toyang. Piodalannya dilaksanakan setiap Purnama Sasih Kelima. Pura ini disungsung oleh Desa Adat Kubutambahan.
Pura Pasanggrahan, merupakan Pura pesanggrahan Ida Bhatara Ratu Hyang Pingit dan Linggih Ida Bhatara Ratu Gede Telaga Waja. Piodalannya dilaksanakan setiap Purnama Sasih Kelima.
Pura Penyawangan, pada saat ini di Pura Penyawangan sudah tidak terdapat pelinggih. Konon pada zaman dahulu, terdapat pelinggih penyawangan Ida Bhatara Ratu Hyang Pingit. Serta, tidak diketahui waktu pujawali khusus untuk pura ini.
Pura Ancak Saji, merupakan Pura Linggih Ida Bhatara Ratu Ayu Mas Kerepe. Pada pura ini juga tidak terdapat pelinggih, hanya terdapat pohon Kamboja (Jepun Bali) yang besar, dimana pada salah satu dahannya tumbuh Pohon Intaran yang mana jika dilihat akarnya tidak menyentuh tanah. Tidak diketahui hari piodalan khusus pada pura ini.
Di Barat Daya Desa Bulian
Pura Pangkung Pastu, merupakan pura yang memiliki hubungan erat dengan Pura Taman Sari Linggih Ida Bhatara Ratu Gede Siwa dan sekarang pura tersebut telah dipindahkan dari Pangkung Pastu (Jurang Terkutuk) ke dekat Pura Taman Sari. Dimana di pura ini diceritakan merupakan Linggih Ida Bhatara Ratu Ayu Pangkung Pastu (Ratu Ayu Mas Magelung). Piodalannya dilaksanakan setiap Budha Kliwon Sinta (Pagerwesi).
Di Barat Desa Bulian
Pura Batu, menurut cerita Pura Batu merupakan pura penjaga pintu gerbang masuk ke Pura Banua. Piodalannya dilaksanakan setiap Selasa Kliwon Julungwangi (Anggara Kasih Julungwangi).
Di Barat Laut Desa Bulian
Pura Yeh Lesung, merupakan Pura Linggih Ida Bhatara Ratu Ayu Manik Suleca dan Ida Bhatara Ratu Ayu Manik Subandar. Pura ini juga disebut sebagai Candri Manik, dimana di dalamnya terdapat sebelas sumber air yang berupa bulakan. Piodalannya yaitu setiap Selasa Kliwon Tambir (Anggara Kasih Tambir).
Sejarah singkat pura Candri Manik atau Pura Yeh Lesung.
Setelah wafatnya Sri Janasadhu Warmadewa yang memerintah di Singhamandawa dari tahun 955-982 M, permaisuri yaitu Sang Ratu Wijaya Mahadewi/ Sang Ajna Dewi di nobatkan sebagai raja dan bertahta dari tahun 983-1024 M.
Daerah pesisir laut Utara pulau Bali memang sangat rawan pada saat itu dengan adanya gangguan para perompak yang mengganggu keamanan daerah pesisir, mereka para perompak melakukan penculikan di tengah maraknya perdagangan manusia yang akan di perjual belikan di Amerika Selatan menjadi budak saat kekaisaran Maya dan Astec membangun peradabannya dengan membuat banyak Piramida yang di kenal dengan punden berundak.
Pada masa pemerintahan Ratu Wijaya Mahadewi, istana Singhadwala di pindahkan dari Kawista ke desa Hyang Putih, istana darurat di desa Hyang Putih tsb di beri nama Puri Candri Manik seperti di tulis dalam sang hyang prasasti Raja Pakiran-kiran I Jero Makabehan Srokadan Saka 1246(1324 M), salah satu isi dari prasasti itu menyebutkan bahwa penduduk desa Hyang Putih di bebani tanggung jawab upacara untuk Bhatara Candri Manik.
Desa Hyang Putih di perkirakan sekarang ini bernama Desa Bulian.
Dari jejak peninggalan istana Candri Manik menjadi tempat pemujaan yg di kenal dg nama pura Yeh Lesung atau pura Candri Manik. Di pura ini Ratu Ajna Dewi di istanakan dan di puja sebagai Dewi Suleca atau Dalem Solo.
Di Utara Desa Bulian
Pura Lod Guwuh, merupakan pura yang dulu diyakini sebagai Pura Alas Sari. Pura ini adalah Pura Linggih Ida Bhatara Ratu Ngurah Punggawa (Ratu Ngurah Penaban Sari) dan Ratu Ayu Penaban Sari. Piodalannya dilaksanakan setiap Purnama Sasih Kawulu.
Pura Sang Cempaka, merupakan pura tempat pemujaan Ida Bhatara Raja Dewata dan Ida Bhatara Ratu Ayu Mas Kawitri. Terdapat keyakinan bahwa pura ini erat hubungannya dengan Pura Bukit Sidayu di Kalimantan. Piodalannya yaitu setiap Rabu Kliwon Matal.
Pura Brah Ala, disebut juga sebagai Pura Gunung Kawi bilamana ada pemedek yang melakukan persembahyangan di pura ini.
Pura Pelawah Kemong, pura ini memiliki hubungan yang erat dengan cerita Ki Pasek Bulian dan Ki Pasek Menyali. Keberadaanya diperkirakan berawal dari saat Desa Banyu Buah (sekarang Bulian) diserang oleh bajak laut asing (Inggris). Dimana, pendekar Bulian bertahan dengan gigih dan berhasil mengusir mereka meskipun banyak terjadi korban. Beberapa puluh orang bajak laut yang ditangkap, ditawan di suatu tempat dan satu persatu dari mereka diadu kekuatannya dengan sesama temannya seperti orang mengadu ayam. Itulah pangkal cerita yang menyatakan bahwa di desa Bulian diadakan Tajen Jelema atau petarung manusia. Pada zaman dahulu, diantara Desa Bungkulan dan Sangsit Dangin Yeh yang disebut sebagai kalangan Sangsit. Kemong-nya terdapat di Desa Menyali, sedangkan Pelawah-nya terdapat di Desa Bulian. Pura Pelawah Kemong, hanya memiliki satu halaman yang melambangkan Eka Bhuana (tidak mengikuti konsep Tri Mandala). Pura Pelawah Kemong memiliki fungsi sebagai tempat untuk melakukan persembahyangan ketika pemedek melakukan perjalanan jauh untuk memohon keselamatan serta untuk memperoleh kekuatan.
Di Timur Laut Desa Bulian
Pura Bantes, merupakan Pura Linggih Ida Bhatara Ratu Ngurah Arak Api dan Linggih Ida Bhatara Ratu Gede Gosok Subia. Piodalannya dilaksanakan setiap Sasih Kelima.
Pura Tirtha Taru, merupakan Pura Linggih Ida Bhatara Siwa Siwaning Jagat. Piodalannya dilaksanakan setiap Buda Manis Anggara Kasih Kulantir.
Sumber :
Potensi Desa Bulian (Mahasiswa KKN – U IKIP Negeri Singaraja (2002)
Akun Facebook Pokdarwis Alam Sari Bulian ->
https://web.facebook.com/groups/248874279733499/permalink/628036041817319/
Beberapa Photo Pura-Pura di Bulian
Photo lainnya dapat dilihat pada gallery website
Komentar atas Catatan Pura-Pura di Desa Bulian
Formulir Penulisan Komentar
Layanan Mandiri
Silakan datang / hubungi perangkat Desa untuk mendapatkan kode PIN Anda.
Masukkan NIK dan PIN!
Statistik Kunjungan
Hari ini | |
Kemarin | |
Jumlah Pengunjung |