Perkebunan Buah Naga Desa Bulian, sentra Budidaya Terbesar di Bali

01 Februari 2017 15:16:37 WITA

Adalah Wayan Kantra seorang petani yang dulunya berkecimpung dalam usaha ternak Babi dan Sapi terbesar di Desa Bulian, kini menjadi Juragan buah Naga terbesar di Desa Bulian dan hampir terbesar di Bali.

Wayan Kantra menyulap lahan tandus dan kering seluas 15 Ha yang terbengkalai,menjadi lahan yang produktif dan mampu menghasilkan. Maka tercetuslah ide untuk membuat kebun Buah Naga, mengingat buah naga tidak memerlukan air yang banyak dan cahaya matahari yang sangat pas untuk sebuah Perkebunan Buah Naga.

kebun buah naga miliknya yang ia kelola sejak 10 tahun yang lalu menggunakan pupuk organik yang dihasilkan dari kotoran ternak babi serta sapi miliknya.Tidak itu saja hasil kotoran dari ternak sapi dan babi tersebut juga diproses untuk menghasilkan bio gas yang digunakan untuk penerangan lampu sekitar kebun dan untuk memasak di kandang." Kebun buah naga ini total menggunakan bahan organik dan saat musim panen bisa menghasilkan sampai 50 ton," tuturnya. Kantra menambahkan hasil kebunnya saat ini sudah merambah beberapa pasar swalayan di kota Denpasar. Kedepannya ia berharap kebun miliknya akan dapat terus berkembang dan bisa memenuhi kebutuhan pasar.

Kini buah tersebut diproyeksikan menembus pasar di Tiongkok. Hanya saja untuk proses pengiriman, masih menanti proses uji kelayakan yang dilakukan otoritas Tiongkok.

Kemarin tim Bea Cukai Tiongkok (General Administration of Customs People’s Republic of China/GACC), mendatangi perkebunan milik I Wayan Kantra, petani Bulian yang hendak mengekspor hasil taninya ke Tiongkok.

Tim didampingi Kasi Karantina Tumbuhan Badan Karantina Kementerian Pertanian Irsan Nuhanto, serta Kepala Dinas Pertanian Buleleng Nyoman Genep.

Saat berada di perkebunan seluas 15 hektare itu, tim dari Tiongkok melakukan pengecekan secara menyeluruh.

Mulai dari proses pemeliharaan hingga pupuk yang digunakan. Sampel buah dan hama pun turut diambil untuk kemudian diuji.

Pemilik kebun I Wayan Kantra mengatakan, selama ini ia mengelola lahan pertaniannya berbasis organik.

Sehingga peluang menembus pasar ekspor lebih besar. Selama ini buah naga yang ia produksi sudah menembus Jerman, hanya saja dalam bentuk olahan.

“Kalau bentuk buah segar, pernah tembus ke Hongkong. Tapi biayanya mahal. Sekarang saya coba ekspor ke Tiongkok. Sebelum masuk ke Tiongkok, memang harus lewat proses pengecekan dari otoritas di sana,” kata Kantra.

Apabila berhasil lolos proses uji, ia mengaku sanggup mengirim buah naga dalam jumlah besar. Apalagi kebun miliknya bisa menghasilkan 600 hingga 700 ton buah naga dalam setahun.

Sementara itu Kasi Karantina Tumbuhan Badan Karantina, Irsan Nuhanto menyatakan, peluang ekspor buah naga ke Tiongkok sangat besar.

Selama ini Tiongkok mengandalkan buah naga yang berasal dari Thailand dan Vietnam. Ia pun optimistis buah naga Indonesia berhasil menembus pasar ekspor di Tiongkok.

“Produk kita lebih unggul dari ukuran dan rasa. Ukuran lebih besar, rasa lebih manis. Buah naga kita itu, kalau dibelah tidak rusak. Ini keunggulan kita. Beda dengan yang dari Vietnam dan Thailand itu,” jelas Irsan.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Buleleng Nyoman Genep mengatakan, pihaknya mendorong petani agar mengolah

lahan berbasis pertanian organik. Sebab dengan pengolahan berbasis organik, peluang menembus pasar ekspor makin besar.

 

 

*berita dari banyak sumber

Komentar atas Perkebunan Buah Naga Desa Bulian, sentra Budidaya Terbesar di Bali

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Komentar
 

Layanan Mandiri


Silakan datang / hubungi perangkat Desa untuk mendapatkan kode PIN Anda.

Masukkan NIK dan PIN!

Media Sosial

FacebookTwitterYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Jumlah Pengunjung

Lokasi Bulian

tampilkan dalam peta lebih besar