Potensi Pariwisata Desa Bulian , Pura yang Sarat Misteri

01 Februari 2017 15:17:57 WITA

Bulian merupakan salah satu desa tua di Bali tepatnya di Bali utara ( Denbukit) yang menyimpan banyak peninggalan bersejarah dan keunikan yang tidak dimiliki desa-desa lainnya di bali.

            Sebagai salah satu desa tua bulian memiliki 33 (tiga puluh tiga) tempat suci yang tersebar diseluruh penjuru mata angin yang menciptakan aura magis bagi para pengunjung yang datang khususnya para bhakta atau pecinta keheningan.

Dalam bingkai sejarah Bulian pernah diteliti oleh beberapa pakar arkeologi baik dimasa kolonial Belanda maupun masa kemerdekaan. Adalah Doktor R. Gorris seorang peneliti situs arkeologi dari belanda, I Gusti Made Suarbawa dan Bapak Purusha Mahawiranata dari Balai Arkeologi Bali, mereka telah menemukan jejak-jejak Bulian sebagai desa tua di Bali.

Dalam buku sejarah Bali kuno karangan Doctor R. Gorris disebutkan bahwa beliau telah menemukan prasasti berupa lempengan tembaga yaitu Prasasti Bulian A tahun 1103 Caka (1181 M) dan Prasasti Bulian B tahun 1182 Caka (1260 M) yang distanakan di jurang berhutan lebat dan berbatu yang oleh masyarakat setempat dikenal dengan sebutan “jurang pingit”. Dua prasasti tersebut bercerita tentang 2 (Dua) hal berbeda namun terkait satu dengan yang lainnya. Prasasti Bulian A yang ditulis oleh Raja Sri Haji Jaya Pangus berisikan tentang Pakraman Banyubuah, sedangkan Prasasti Bulian B yang ditulis oleh abhiseka Ratu Parama Iswara (Parameswara) Hyang Ning Hyang Adi Dewa Lancana dan beliau adalah raja satungkeb Bali Dwipa Mandala yang ke XIX (Dr.R Gorris-Sejarah Bali Kuno) yang berisikan tentang karaman  Bulian.

Penelitian berikutnya di tahun 1990 dari Balai Arkeologi Bali diperkirakan di wilayah Bulian pernah berkembang sebuah kerajaan Hindu sekitar abad ke 3 M. dengan  diperkuat dengan penemuan sebuah ”bajra” yang ujungnya berupa cakra terbuat dari emas murni. Temuan benda kuno lainnya adalah; Tajak dari perungu, Keris berupa taji yang besar, Bande gong selonding ukuran segi 4 panjang dibagi dua membagi garis sudut menyudut yang tinggal sebagian, dan sebagiannya lagi tersimpan di besakih.

Dalam penelusuran sejarah Desa Bulian disamping didasarkan pada bukti-bukti tertulis yang otentik juga berdasarakan kajian social kultural serta peristiwa yang berkembang di masyarakat yang dikemas dalam bentuk mitos yang bersifat mistis religious.

Adapun mitos tentang Desa Bulian yang berkembang adalah terkait dengan kedatangan seorang tokoh yang bernama Tabanendra Warmadewa, putra Sri Kecari Warmadewa. Setelah menyerahkan tahta kerajaan lalu beliau mengembara sambil mengamalkan ilmunya ke Bali utara. Daerah-daerah yang dilalui dan dianggap penting oleh beliau dibuka untuk lahan pertanian untuk para pengikutnya. Sehubungan dengan itulah kemudian beliau membangun kawasan Banyubuah dan Indra Pura (Desa Depeha). Dalam pengembaraan beliau ke Bali utara sesekali masih melakukan misi keprajuritan yakni meredam pembrontakan-pembrontakan dari orang china di Banyubuah, beliau menemukan kawasan hutan terpencil yang cocok untuk aktifitas mengheningkan pikiran (meditasi ) dimana akhirnya beliau menutup usia dan setelah jasadnya diperabukan lalu distanakan di pura Puncak sinunggal Desa Tajun.

Kemudian seorang raja keturunan Warmadewa berikutnya Abhiseka Bathara Parameswara Ratu Hyang Ning Adi Dewa Lencana atau dikenal dengan sebutan Ratu Hyang Sakti Pingit mengundurkan diri ke Banyubuah dan mendirikan sebuah anak desa yang diberi nama Bulian sebagai benteng pertahanan yang sekarang dikenal dengan sebutan Bulian. Pada usia senja beliau juga melakukan tapa yoga( semedi) di tempat yang sama jurang pingit hingga akhirnya mangkat dan abunya distanakan di Puncak Bukit Sinunggal.

Sebagi Desa tua, Bulian juga banyak disinggung dalam banyak lontar seperti ; Lontar Kusumadewa, Lontar Sangkul pinge, Lontar Tingkahing Mungkah Parahyangan dan telah memiliki aturan awig tentang desa pakraman sejak tahun 1320 M yang hingga saat ini masih tersimpan baik di gedong Kertya Singaraja. Dalam awig-awig Bulian tahun 1320 M disebutkan tentang tatanan kerama Desa Malinggih atau Desa Negak yang melahirkan istilah Ulu Desa, yang bertugas ngenterang/ melaksanakan upacara yang kaitannya dengan khayangan desa serta bertindak sebagai badan Kertha Desa . sebutan untuk Desa Bulianpun berubah dari semula bernama Desa Gunung Sari, Pulo Sekar, wira mas maja wirasari dan akhirnya Bulian.

 

POTENSI WISATA
 TANGGAL   LOKASI TEMPAT AREA WISATA   KEBERADAAN   LUAS (Ha)   TINGKAT KEBERADAAN 
         
  PURA DESA (PURA BANUA), PURA DALEM PURWA DESA PAKRAMAN BULIAN DESA BULIAN 80 Are  Di bawah Desa Pakraman Desa Bulian yang merupakan Pura Kayangan Tiga.

Komentar atas Potensi Pariwisata Desa Bulian , Pura yang Sarat Misteri

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Komentar
 

Layanan Mandiri


Silakan datang / hubungi perangkat Desa untuk mendapatkan kode PIN Anda.

Masukkan NIK dan PIN!

Media Sosial

FacebookTwitterYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Jumlah Pengunjung

Lokasi Bulian

tampilkan dalam peta lebih besar